Tuesday, April 30, 2013

PENGGALAN HATI "SEPERTI ORANG-ORANGAN SAWAH"


Kalau sudah bicara tentang hati bawaannya gimana gitu, Ya ini tentang hati, hati yang saat ini sedang kecewa. Penggalan hati ini  menuntutku  jujur untuk meluapkan keluh kesahku. Kami adalah tiga sahabat kompak dalam setiap hal tapi yang nama nya sahabat tidak semua kami terbuka terutama masalah pribadi ya itu salah satu privasi ok lah. Kami hanya terbuka hanya masalah- masalah persahabatan kami  mulai dari karir dan bisnis kecil-kecilan (masih kelihatan lah semut bisnis nya saking msh kecil bisnis kami) inti nya bertahap moga moga diberikan jalan  agak sebesar Gajah ^_^ 

Bel  berbunyi  tanda telah berakhirnya pelajaran, semua siswa pulang termasuk aku juga bergegas pulang aku yang tadi nya punya seorang sahabat sebagai sahabat yang baik aku menunggunya yang masih berkutat dengan sedikit pekerjaannya setelah selesai ku menyapa nya  “kita langsung pulang?”  Dia langsung menjawab “iya” tanpa ada tanya lebih lanjut langsung ku gas skuterku menuju rumah.
 Keesokan hari nya tanpa ada pancingan dariku dia bercerita tentang perjalanan nya kemarin sontak aku terkejut sambil bertanya dalam hati “bukannya dia mengatakan langsung pulang kerumah kemarin?”   OOO......OOO......OOO..... ternyata aku dibohongi.
                sebagai sahabat yang baik ku dengar ceritanya “ biar bukan sahabat juga pasti akan kudengar cerita siapa yang ingin cerita hitung- hitung tukar pemikiran dan belajar mikir”  Mulai ia berceloteh dengan semangat nya tanpa ada rem dari bibir nya dan tanpa sadar cerita nya akan menamrak hatiku seperti menyetir hilang kendali semakin lama semakin ia menekan pedal gas nya yang semakin kencang diinjak nya.

Apa yang harus kukatakan agar menghargai cerita nya yayaya..........salah satu cara ku balas Senyum. Senyum seperti orang – orangan sawah yang dibuat manusia untuk  menipu burung- burung yang ada di sawah (hatiku). Ku seperti dikendalikan oleh ceritanya bergerak dan senyum. Tiba- tiba celotehan nya berhenti karena orang-orangan sawah nya rusak karena bergerak terlalu dipaksa.

Akhir nya Bel kembali berbunyi tanda ku harus menjalankan tugasku. Sejenak ku perhatikan siswa ku suasana telah aman terkendali ku sempat kan menulis penggalan hati ini yang di latar belakangi dibohongi sahabat sendiri.

Andai saja ia jujur mungkin ku bisa mengerti  tanpa harus dijelaskan, tapi apakah aku egois mengcapnya sebagai pembohong..............
Kubiarkan masalah ini mengalir hingga tiba waktu nya aku lupa jika ini pernah terjadi.

 “Sahabat adalah anugerah dalam hidup, karena sahabat tak perlu dibayar untuk segelas nasehat, tak perlu diberi segelas air untuk mendengarkan cerita nya. Tak perlu diganti untuk sepenggal waktu dan tak perlu diragukan lagi kalau setiap sahabat mengharapkan sahabatnya bahagia”

No comments:

Post a Comment